Sabtu, 26 Februari 2011

KISRUH PSSI VS LPI -

Kamu mengikuti ‘kisruh’ PSSI dengan Konsorsium LPI [Liga Primer Indonesia]? Ya isu hangat yang sekarang sedang berkembang adalah munculnya satu liga baru bertajuk Liga Primer Indonesia, yang berusaha menandingi Liga Super Indonesia yang sudah lebih dulu eksis. Konsorsium yang digagas Arifin Panigoro ini berpendapat bahwa Liga yang sekarang sudah jauh dari sehat dan fair. Sistem Keuangan yang masih saja menyusu pada APDB, pembinaan usia dini yang tidak berkembang, mafia wasit, juga korupsi di lingkungan pejabat teras PSSI menjadikan dirasa perlu ada liga alternatif untuk menangkis kebobrokan itu dan menghasilkan timnas yang bermutu.

Tentu saja PSSI tidak terima dkatakan seperti itu. Walalupun PSSI mempunyai riwayat muka badak, alias tidak tahu malu itu, namun kali ini PSSI bertindak sangat tegas. Pemain yang ikut LPI ditutup karirnya untuk berlaga mewakili Indonesia di ajang internasional, pelatih yang terlibat akan dicabut lisensinya, pemain asing yang terlibat akan diusulkan untuk dideportasi, serta official pertandingan macam wasit yang terlibat akan langsung dipecat dan dilarang berkegiatan di sepakbola lagi. Ancaman yang tidak main-main tentu saja.

Demi kemajuan Sepakbola sebenarnya PSSI tidak harus kebakaran jenggot seperti itu. Toh LPI tidak bermaksud menghapus ISL. Konsorsium LPI bahkan sudah mengajukan surat ke PSSi untuk menyelenggarakan laga ini tapi tidak diproses PSSI. Semakin banyak liga, apalagi yang professional, tentu pilihan pemain yang bisa masuk timnas makin banyak. Dan tentu itu akan semakin meningkatkan peluang naiknya prestasi olahraga kita. PSSI juga seharusnya tidak berhak sama sekali untuk menutup peluang seseorang untuk mengharumkan nama bangsa. Diktator sekali. Jika ada pemain Indonesia mempunyai skil sekelas Ronaldo, Messi, Xavi, Rooney atau lainnya dan kebetulan main di LPI masa ya tidak bisa masuk timnas? Be wise PSSI.

Berikut beberapa fakta terkait konflik PSSI dan LPI:

1. Dua Pengusaha
PSSI kerap mendapat modal besar dari pemilik Grup Bakrie, yakni Aburizal Bakrie. LPI dimodali oleh pemilik Grup Medco, yakni Arifin Panigoro. Uniknya, dua pengusaha ini pernah terlibat perseteruan saat kasus penanganan lumpur Lapindo.
Klaim Profesional
LPI menganggap kompetisinya profesional karena berbasis bisnis dan berorientasi prestasi. Sebaliknya, PSSI menganggap kompetisi LPI sekelas tarkam. Terakhir, kompetisi ini dinilai sebatas hiburan.

2. Izin Pertandingan
PSSI meminta Mabes Polri untuk melarang bergulirnya pertandingan LPI. Humas Polri menyetujui. LPI lantas mendapat izin dari Menpora Andi Mallarangeng melalui BOPI. Meski PSSI protes, Polri akhirnya tetap mengeluarkan izin.

3. Beberapa Klub Mundur
Tiga klub ISL mengundurkan diri, yaitu Persibo, Persema, dan PSM. Akibatnya, jadwal dan klasemen ISL berantakan. PT Liga sebagai penyelenggara kompetisi juga mendapat penalti dari sponsor utama, yakni PT Djarum. Jumlahnya sekitar Rp 7 miliar.

4. Adanya Sanksi FIFA
PSSI mengirim surat ke Federasi Sepakbola Dunia (FIFA). Dalam tempo sehari, surat langsung dibalas. Intinya, PSSI diberi wewenang menindak tegas LPI. Jika problem LPI tak terselesaikan hingga 1 Maret, FIFA mengancam akan memberi sanksi pada PSSI. Uniknya, keaslian surat FIFA sempat dipertanyakan banyak kalangan. Polemik berakhir setelah FIFA menyatakan bahwa surat tersebut otentik.

5. Timnas
PSSI mencoret semua pemain yang berlaga di LPI dari seleksi timnas Indonesia. Akhirnya, tidak ada pemain LPI yang dipanggil untuk pelatnas persiapan Pra Olimpiade. Termasuk dua pemain keturunan, yaitu Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan.

6. Perang Statemen
Sampai saat ini, pihak PSSI dan LPI sebatas perang statemen dan argumen melalui media massa. Belum pernah sekalipun bertemu, duduk satu meja, dalam forum bersama. LPI belum pernah datang ke kantor PSSI. Sebaliknya, PSSI keberatan bertemu LPI ketika dimediatori BOPI. Bahkan pada dialog-dialog di televisi pun, keduanya ditampilkan terpisah.

7. Korupsi
Keuangan PSSI mendapat sorotan dari KPK dan ICW. PSSI diduga melakukan penyelewengan uang dari negara (korupsi). PSSI diminta melaporkan keuangan dalam 5 tahun terakhir. Sayangnya, permintaan ditolak dengan alasan menunggu rekomendasi dari kongres tahunan. Sementara itu, KPK dan ICW mengancam akan membawa kasus ini ke pengadilan.

8. Rezim Nurdin
Desakan agar Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan Sekjen Nugraha Besoes turun semakin gencar. Nurdin telah menjabat sejak tahun 2003 dan Besoes sejak 1983. Dalam rentang waktu tersebut, PSSI dinilai gagal mempersembahkan prestasi. Banyak yang beranggapan, jika rezim Nurdin turun, perseteruan PSSI dan LPI akan berakhir.
So? kalau seperti ini apakah kita semua akan mengorbankan tujuan semula membangun sepakbola nasional ? jangan sampai semua keruwetan yang ada berimbas pada sanksi FIFA yang akhirnya merugikan sepkabola Indonesia akibat ulah segelintir orang yang mengatasnamakan kepentingan sepakbola nasional!




kalian heran knapa aku posting artikel ini ? karena aku sedang tidak punya kerjaan -__- haha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar